23 November 2016

Review Buku : Wanita Teladan (Istri-istri, Putri-putri, & Sahabat Wanita Rasulullah)

Assalamualaikum, salam sejahtera untuk semua muslimah di dunia..

Pagi ini, rasanya saya ingin berbagi kisah inspiratif yang saya dapatkan dari sebuah buku. Dan saya rasa ini penting untuk para muslimah.
Ini cerita tadi malam, selepas tadarrus ba’da magrib di mushala rumah, saya enggan beranjak alias mager. Dan sembari menunggu adzan isya, saya melihat-lihat ke deretan buku koleksi mama yang ada di mushala. Kudapati buku ini, buku yang awalnya membuat saya penasaran hingga saat saya membacanya, air mata pun tak henti berlinang.
Mashaallah ukhti, anda harus baca buku ini. Wanita muslim sesungguhnya tak boleh terpedaya dengan apa yang ada di depan mata saja. Karena alangkah indahnya jika kita bisa sama-sama dan terus berkaca pada apa yang telah diajarkan islam di zaman Rasulullah SAW. Bismillaaahh..
Buku berjudul “Wanita Teladan; Istri-istri, Putri-putri &Sahabat Wanita Rasulullah” karya Mahmud Mahdi Al-Istanbuli & Musthafa Abu Nashr Asy-Syilhi ini merupakan buku terjemahan yang diterbitkan oleh Penerbit Irsyad Baitus Salam (ibs) di Indonesia. Terdiri dari 300 halaman dan 6 bagian yang merangkum secara gamblang dan terperinci tentang bagaimana kedudukan muslimah seharusnya (terefleksi dari wanita-wanita tauladan pada zaman Rasulullah SAW).
Ukhti, sebelum terjun langsung menuju bagian pertama buku ini, ada baiknya jika anda juga tidak melewatkan beberapa pengantar yang disuguhkan oleh penerjemah, editor, dan penulisnya. Karena pastinya akan lebih memudahkan anda dalam memahami isi buku yang akan anda baca ini, termasuk esensi dan pesan yang ingin penulis beri kepada pembaca. Nah, yuk mulai tengok secara singkat isi dari buku ini! Biar muslimah-muslimah semua semakin penasaran J
Seorang Ibu laksana lembaga pendidikan.
Bila dipersiapkan dengan baik,
ia dapat membentuk pribadi yang baik dan kuat tangguh.
Ibu laksana taman, Jika dijaga kelestariannya,
tak selembar daunpun yang dimakan hama.
Ibu adalah guru dari segala guru yang utama.
Dia mampu menurunkan kemuliaan dari generasi ke generasi.
       Itu sepenggal bahasa yang diinput dalam pengantar penulis di buku ini. Sudah tak asing dibaca kan? Karena tentunya sudah banyak tulisan tentang ibu/wanita yang tak ingin lepas dari gambarannya terhadap sosok hebat tersebut. Dan kita salah satunya lho ukhti ! amin
       Di awal bagian buku ini, penulis terlebih dahulu memaparkan dua kondisi dan pandangan yang sangat berbeda tentang wanita. Penulis banyak memberikan tekanan bahwa sesungguhnya kondisi sebelum dan sesudah masuknya ajaran Islam sangat berbanding terbalik. Ini adalah beberapa catatan penting yang bisa dicerna dan diresapi para muslimah. ‘Bagaimana kedudukan wanita sebelum Islam?’
   Bagian pertama dalam buku ini membuat saya bergidik sendiri, sedih dan tak tega membayangkannya. Ada beberapa pandangan dan struktur masyarakat di suatu wilayah yang penulis ceritakan di bagian pertama ini. Antara lain dalam peradaban Yunani, Romawi, Persia, Cina, India, Yahudi, umat Kristen, dan masyarakat Arab Jahiliyah. Terbayang kan? Peradaban-peradaban ternama yang dicatat sejarah ini faktanya mempunyai kilas menyedihkan tentang bagaimana wanita diperlakukan saat itu. Dalam kebudayaan dan peradabannya, bangsa-bangsa tersebut banyak mengasingkan dan merendahkan kedudukan wanita. Kebanyakan kaum laki-laki bahkan menganggap wanita sebagai sumber penyakit dan bencana. Sehingga tak sedikit dari kaum wanita yang dikucilkan dan ditindas keberadaannya. Selain itu, budaya perceraian sangat biasa. Saat laki-laki sudah bosan, mereka dapat begitu saja membuang istrinya. Dalam hal sistem sosial, ada beberapa bangsa yang menerapkan hukuman hanya untuk kaum wanita yang dianggapnya lemah dan selalu membuat kesalahan. Juga ada yang menganggap bahwa melahirkan anak perempuan adalah aib besar yang ditanggung keluarga, sehingga banyak bayi perempuan yang berakhir dengan cara dikubur hidup-hidup. Na’udzubillah.
         Lalu bagaimana dengan kedudukan wanita setelah Islam hadir?
Ukhti, wanita telah diberikan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan fitrah dan kodratnya. Tidak melulu dianggap sebagai hawa yang selalu menyesatkan adam. Dalam bagian pertama buku ini pula dijelaskan bahwa hadirnya Islam sedikit demi sedikit telah membawa perubahan pada sistem masyarakat dan pandangan bangsa-bangsa tersebut. Sehingga hak-hak wanita mulai dipertimbangkan dan diakui.
       Nah, dengan adanya perubahan pandangan dan perlakuan terhadap wanita, bagian kedua dalam buku ini memaparkan kisah-kisah inspiratif dari wanita-wanita tauladan pada zaman Rasulullah SAW. Siapa yang tak kenal Khadijah binti Khuwalid? atau Aisyah binti Abu Bakar?. Kisah-kisah wanita muslimah tauladan ini dipaparkan dengan jelas dan mudah untuk dipahami. Peran Khadijah, Aisyah, dan istri Nabi Muhammad lainnya seperti Saudah binti Zam'ah, Hafshah binti Umar, Ummu Salamah, Ummu Habibah, Zainab binti Jahsy, Safiyyah binti Huyay, Juwairiyah binti Al-Harits, dan Maimunah binti Al-Harits, digambarkan secara gamblang pada bagian kedua buku ini. Kesabaran, kegigihan, keberaniannya dalam membela agama Islam, serta kesetiannya untuk senantiasa mendukung Nabi lah yang menjadikan mereka sebagai role model terbaik bagi para muslimah. Tak pelak, tantangan dan rintangan besar yang istri-istri Nabi hadapi, dilewatinya dengan sedikit mengeluh dan ikhlas menjalaninya.  Subhanallah sekali kan ukhti?
         Selanjutnya, kisah-kisah yang luar biasa pun bisa kita temui dari putri-putri Rasulullah. Bagaimana sebenarnya wanita yang ditakdirkan sebagai putri Rasul tumbuh dan berkembang dalam bimbingannya?. Juga kisah para Sahabat wanita utama seperti Asma binti Abu Bakar, Fathimah binti Al-Khathbah, dan masih banyak lagi yang menjadi seorang pejuang dan memiliki kedudukan yang mulia di mata Rasulullah. Ini lhoo ukhti, yang harusnya menjadi role model kita, menjadi idola yang akhlak, sikap, serta keberaniannya wajib dicontoh. Betul kan?
        Lalu, yang tentunya saya kagumi dari buku ini, tak hanya kisah-kisah hebat dari para wanita zaman Rasulullah, tetapi buku ini tak lepas dari gambarannya sendiri terhadap peran dari sosok Rasulullah. Saat ada kisah tentang istri Rasulullah yang hebat, lantas bagaimana sebenarnya peran Rasulullah sebagai suami sehingga istri-istri beliau bisa begitu hebatnya? Dan bagaimana sesungguhnya Rasulullah berperan sebagai ayah sehingga mampu mencetak keturunan-keturunan yang luar biasa pula iman dan akhlaknya?
           Nah, buku yang berjudul Wanita Teladan (Istri-istri, Putri-putri, dan Sahabar Rasulullah) ini highly recommended sekali untuk para muslimah yang gak mau buta tentang kisah-kisah wanita zaman Rasulullah. Yuk, ukhti! Jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang sudah kita punya. Baca-baca-baca, dan terus baca! Semoga review buku ini bisa bermanfaat untuk saya pribadi, dan tentunya untuk semua penerus muslimah tauladan. 

See you di review buku berikutnya ya!
Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh :)

Share:

7 November 2016

Tentang Waktu

Apa yang selalu kamu pikirkan tentang waktu? Aku penasaran.
Mungkin kamu pernah suatu hari mendamba, berharap agar waktu bisa sedikit melambatkan geraknya dari detik ke detik. Karena ada hal yang membuatmu bahagia tiada tara. Namun ada pula saat-saat kamu ingin waktu bergerak lebih cepat dari biasanya, karena ada hal-hal yang membuatmu khawatir dan resah untuk dihadapi.
Kadang pula kamu merasa waktu sering mempermainkanmu. Disaat kamu sedang mengejar sesuatu yang paling kamu inginkan, tapi ternyata waktu pernah setega itu mengabaikan tekadmu dan membuatmu hilang kepercayaan diri dan terluka karena gagal. 
Apakah mungkin, karena kamu pun sering mempermainkan waktu?

Waktu berjalan tanpa pernah menunggu, ia selalu melangkah maju tanpa pernah sekali pun kembali ke belakang.
Ia selalu yakin dengan masa depan, selalu tega meninggalkan apa yang telah berlalu. Ia tak pernah takut melepas kenangan, dan masa lalu. 
Mungkin kamu yang sering bermain dengan waktu.
Kamu yang selalu mengulur-ulur keadaan, atau bahkan terburu-buru mengejar keadaan. 
Tidak sekalipun kamu mempertimbangkan dia yang sesunggunhnya tak pernah berkhianat.
Ia yang selalu bergulir pada rotasinya. Memantapkan langkahnya pada frekuensi yang selalu sama dan beraturan.
Lalu, apakah kamu masih menyalahkan waktu?

Jika memang ini perihal waktu, dia masih akan menunggu. Tanpa perlu memaksa atau bahkan mempersulit. Karena mungkin ada hal-hal lain selain waktu yang ikut andil dalam kehidupan. 
Namun seberapapun sulitnya itu, seberapa sakitnya kamu dikhianati keadaan, waktu akan tetap berjalan. 
Percaya saja pada waktu dan juga dirimu.
Sebab pada akhirnya Allah akan memberikan sesuatu saat Dia yakin bahwa kamu telah benar-benar siap menerimanya. Biar waktu berbicara nantinya, karena ia tidak akan pernah terlambat, ataupun berjalan lebih cepat.





Share:

5 November 2016

Sumpah Pemuda-nya si Tukang Tidur

Selamat Pagi dari anak pemalas si tukang tidur
Saat yang lain telah menyongsong pagi yang baru dengan asa dan tekad, si tukang tidur masih meringkuk malas mendekap bantal.
“Gak ada kerjaan apa?”
“Masa depannya suram udah pasti”
“Ya ampuunn, kasian banget liatnya, kayak gak punya arah”
Kata demi kata, lalu kalimat penuh simpati, kadang keluar begitu saja dari bibir orang-orang
Tanpa tahu dasar dan akibatnya.
Si tukang tidur, akan meringkuk semakin lama mendengarnya.
Baginya, tak ada lagi yang bisa ia lakukan.  Semua yang ia coba selalu gagal dan salah dimata orang.
Maka, ia memutuskan untuk berhenti. Berhenti berusaha, dan juga berharap.
Hari-hari yang dulu ia rasa berjalan lancar sesuai yang diinginkannya, ternyata menemukan titik balik yang menjatuhkannya.
Si tukang tidur merasakan kali pertamanya ia tergelincir. Dari list harian yang biasa ia lakukan dengan mulus, satu per satu mulai tak mampu ia jalani.
Ada apa? Kenapa? Apa yang salah?
Berulang kali ia mengajukan pertanyaan yang sama, mencoba menemukan akar benalunya, namun tak kunjung ia dapatkan.
Sampai-sampai ia merasa lelah. Dan semua orang yang dulu ada untuknya perlahan sulit dijamah.
Berakhirlah ia di tempat paling nyaman dan aman untuk semua orang yang sudah lelah mencari.
Ia mendekap bantal semakin kuat, menarik selimut semakin atas, dan menutup telinga semakin rapat.
Enggan.. dirinya enggan mendengar lagi..
Tahukah? yang ia butuhkan adalah kepercayaan, harapan dan motivasi yang terus berulang.
Bukan cibiran.
Apakah generasi Indonesia masih seperti ini? Menekuk lutut, meringkuk dalam kesendirian tanpa semangat?
Tidakkah kita harus setidaknya kembali mengingat, semangat yang dulu pernah menggebu? Harapan yang dulu sempat menggema? Dan kepercayaan yang satu sama lain kuat terjalin?
Seperti para pahlawan, pejuang yang bertanggung jawab akan keinginannya yang kuat. Meski jatuh tersungkur dalam, meski lelah mencari jalan keluar, namun mereka tak kenal menyerah.
Karena keyakinan dan harapan dalam diri mereka masih ada, walau kemungkinannya hanya secuil.
Juga, solidaritas yang tinggi dalam membela negara masih menyatu. Sehingga tak ada rasa berjuang sendiri.
Selamat pagi dari si tukang tidur.
Bulan baru dan hari baru pun telah datang.
Kenapa tak kau lihat lagi bahwa sebenarnya kamu tak sendiri.
Bangun dan bangkitkan lagi keyakinan dan harapanmu.
Pergi dan cari kembali orang-orang yang mampu menggenggam tanganmu
Lari dan bergegaslah menghadapi realita.
Karena hidup tak diukur oleh cibiran orang.
Indonesia masih memegang sumpah si tukang tidur.
Masih menggenggam komitmen si tukang tidur
Dan masih percaya kesetiaan si tukang tidur.
Untuk Bertanah air yang satu, berbangsa yang satu, dan menjunjung bahasa persatuan yang satu,

INDONESIA. 
Share: