22 June 2016

Bonjour Paris !

Siang itu, aku kembali menanti. Awal sebuah perjalanan yang selalu mendebarkan. Tiap sudut boarding lounge dimana aku menunggu terasa sepi, aahh.. mungkin hanya sedikit orang yang memiliki destinasi yang sama denganku, pikirku. Hari ini, Minggu 29 November 2015 aku terlampau bersemangat tak sabaran. Aku memutuskan untuk mengunjungi destinasi baru yang dulunya masih terasa asing dan bahkan terpikir untuk mengunjunginya saja aku tak berani. Aku tak henti-hentinya mengetuk-ngetukkan kedua ujung sepatuku, bersiul riang, membayangkan apa saja yang akan kulihat dalam dua, atau tiga, atau empat jam kemudian.  Aku berkali-kali memperhatikan boardingpass yang kupegang, lalu beralih pada papan digital yang menampilkan nama-nama destinasi dan nomor boarding gate-nya. Sejenak, aku termangu dan bergegas melihat waktu yang tertera di jam tanganku. ‘Ini sudah waktunya untuk masuk, tapi kok gate nya masih sepi?’ gumamku agak panik. Kemudian aku bangkit dan mencari nomor boarding lounge tempatku menunggu sedari tadi. “Ya Allahhhh!” Aku menimpuk jidatku kesal setelah mendapatinya. Merasa bodoh setengah mati. Aku cepat-cepat berseru pada Citra, partner perjalananku kali ini untuk segera berlari mencari boarding lounge yang seharusnya. Sesantai itukah kita sampai-sampai bisa menunggu di ruang tunggu yang salah? 

Kudapati antrian yang panjang di boarding gate saat aku memasuki lounge yang seharusnya aku berada sejak tadi. Aku dan Citra langsung berbaris di antrian terakhir. Ku edarkan pandangan dan melihat wanita setengah baya berparas timur tengah ber-coat hitam-panjang dan lelaki berbadan tinggi tegap bermata biru, rambut pirang, dan hidung mancung itu mungkin sama-sama sedang asik memperhatikan apron yang kini terlihat dibalik kaca-kaca besar transparan bandara. Akibatnya aku pun tertarik dan ikut mengalihkan pandanganku kearah apron diluar sana, melihat beberapa pesawat yang terparkir disana. Namun itu tak berlangsung lama, karena edisi melamunku terhenti setelah mendengar suara salah satu petugas berbahasa Spanyol yang sedang adu mulut dengan salah satu passenger yang entahlah kenapa terlihat keras kepala, mengundang tontonan. Tapi aku masa bodo, malas ikutan ketar-ketir liat orang berantem. Satu-persatu penumpang pesawat berjalan melewati boarding gate dan memasuki telescopic gangway  yang membuatku merasa seperti berjalan di lorong waktu. Akhirnya, ujung lorong ini membawaku langsung berada di pesawat. Ini akan jadi direct flight anatara dua negara, melihat di ETA (Estimate Time of Arrival) yang tertera di boarding pass, penerbangan ini hanya akan memakan waktu kurang lebih satu setengah jam. Aku bergegas mencari nomor kursi ku sebelum berdesakan nantinya. Setelah kutemukan, aku melepas ranselku, menyimpannya ke kabin yang ternyata lumayan tinggi dan membuat kakiku harus berjinjit-jinjit. Akhirnya aku bisa duduk dengan tenang next to the window. Momen yang agak sulit memang untuk penumpang di kelas ekonomi, apalagi jika tidak melakukan reservasi terlebih dahulu atau maksa-maksa petugas tiket untuk membooking tempat duduk dekat jendela. Haha.

Setelah rangkaian prosedur yang ada didalam pesawat, pesawat yang kunaiki akhirnya take off. Aku semakin bedebar, menantikan hal-hal yang tidak pasti. Dari jendela tempat dudukku, aku melihat pemandangan yang takjub. Sayap kiri pesawat yang bertuliskan Ryan Air dan pemandangan dibawah sana membuatku tak tahan untuk mengabadikan momen dengan beberapa jepretan. Klise memang tapi apa salahnya mengabadikan sesuatu yang indah bukan?  Semakin jauh pesawat ini mengerahkan tenaganya, semakin berbeda pemandangan yang kudapati dibawah sana, dari yang tadinya masih terlihat deretan rumah, gedung, dan jalanan, kini berganti dengan arakan awan yang berjajar, atau kadang aku berada lebih tinggi diatas awan, terlihat pula bentangan samudra dan lihat! Didepan sanaaaaaaa, aku melihat deretan gunung bersalju yang agung. Ya Allaaahh, begitu besarkah kekuasaanmu? kali pertama aku melihat deretan salju didepan mata membuatku tak bisa menahan haru.  Sebentar lagi, sebentar lagi, aku akan menyapanya.. “Bonjour Paris!”

  


Share: