26 February 2017

Catatan Kecil

Hari demi hari selalu bergulir tanpa harus aku pinta
Waktu pun terbiasa berjalan tanpa bisa ku perlambat.
Aku ternyata mengalami sebuah siklus.
Siklus yang dimana saat kecil, mama-papa tak ajarkan.
Siklus yang dimana nantinya, aku sendiri yang belajar.
Belajar memahami suatu keadaan yang tak sempat aku cegah.

Dari dulu, aku selalu diizinkan untuk mendapatkan cinta, memberi cinta, dan bahkan saling mencinta.
Entah dari orang tua, saudara, guru, teman, tetangga, kerabat kecil, atau yang lainnya.
Namun dulu, aku belum mengerti bagaimana siklus sebuah pertemuan berjalan.
Bahwasannya, semakin diri ini mencinta, harus semakin besar pula hati ini mengikhlaskan.
Sehingga berkali-kali aku memberi kasih, selalu kembali diterpa perihnya kehilangan.
Ironi memang, karna tak siap melepas kasih.

Namun pada akhirnya, waktu selalu saja mengajarkan  hal baik.
Kini, aku lelah mengelak banyak keadaan pahit.
Seberapa sering hal-hal yang tak menyenangkan datang, kan ku berikan senyuman ikhlas.
Karena kini, aku juga mencintai yang sewaktu-waktu pergi.
Akan terus menyayangi yang sewaktu-waktu diambil.
Kini aku belajar bagaimana cara melepaskan.
Aku belajar bagaimana menyikapi kepergian.
Dan aku belajar bagaimana hari-hari terasa lebih lapang.
Selalu siap dengan kehilangan.
Selalu siap dengan kepergian.

Sebab aku, sejatinya tak pernah memiliki apa-apa.
Allah hanya menitipkanmu,
untuk aku cintai.


*inspired by Hujan-Matahari


Share:

20 February 2017

Prophetic Parenting Part 1

Ternyata, yang inginnya membiasakan diri untuk bisa menulis setiap saat itu gak mudah. Namun kali ini, saya lagi mau sharing isi dari buku yang lagi on-going saya baca. Ceritanya per bab aja, biar gak kehabisan topik plus jadi reminder buat saya juga kalau isinya ter arsip dengan baik. hihi *alasan.
Buku ini berjudul Prophetic Parenting. Lagi-lagi ini buku terjemahan yaa, karya DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid yang diterjemahkan oleh Farid Abdul Aziz Qurusy. Buku yang mempunyai judul asli Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah lith Thifl ini termasuk golongan buku Best Seller lhoo, karena isinya pasti best juga dong. 

Cerita pertama saya baca buku ini gara-gara banyaknya undangan walimatul ursy yang saya terima dari sekian banyak sahabat-sahabat saya. Ingat hak muslim terhadap muslim kan? Salah satunya apabila diundang, maka datanglah. Bahagia memang, mengingat momen pernikahan sahabat2 juga jadi momen reuni dengan sahabat lainnya. Namun terkadang sedih juga saat saya tak mampu hadir di hari bahagia mereka. Hanya doa baik yang terpanjat agar mereka semua diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat, amin. 
Dari sana kadang terlintas tanya, apa yang sebenarnya mereka persiapkan sebelum memutuskan untuk menempuh kehidupan yang baru?. Awalnya penuh pertimbangan bukan? hal-hal idealis yang ditanamkan masing-masing dari kedua calon pasti terkadang menemukan celah untuk menjadi ragu. Itu yang banyak saya dengar dari cerita orang. Namun pada akhirnya, celah tersebut tentunya tak akan berubah menjadi keraguan saat dua insan tersebut dapat mengatasinya dengan bijak. Maka, hal terpenting dalam menapaki bahtera rumah tangga harus dengan perbekalan ilmu yang luas. Buku ini sangat saya rekomendasikan kepada kalian semua yang bermimpi memiliki ikatan yang sah dengan lawan jenisnya. Prophetic parenting memang berisi tentang cara Nabi mendidik anak, namun meskipun belum memiliki anak, ilmu ini memang sebaiknya diraih dari jauh-jauh hari. Jangan waktu sudah punya anak,baru cari tahu ilmunya :( 

Bagian awal buku ini bercerita bagaimana pentingnya orang tua dalam mendidik anak. Bukan hanya dalam hal belajar berjalan, makan-minum, berbicara, baca-tulis, namun semuanya. Termasuk pribadi dan kecintaannya terhadap Islam. Ibarat kata, anak bak mutiara yang mentah, belum terpahat dan terbentuk dan mudah condong terhadap sesuatu. Apabila ia diajarkan dan didekatkan dengan kebaikan, maka dengan kebaikan pula ia akan tumbuh. Namun apabila orang tua melalaikan tugasnya, membuat sang anak tumbuh dan berkembang dalam keburukan, maka azab Allah lah yang akan diterima orang tua tersebut. Maka dari itu, tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak sangatlah besar, karena ia adalah titipan, amanah yang besar pula yang diberikan Allah SWT. 
Rasulullah SAW bersabda "Setiap kalian adalah penggembala dan setiap kalian bertanggung jawab atas gembalaannya. Seorang pemimpin adalah penggembala dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya. Seorang laki-laki adalah penggembala di keluarganya dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya. Seorang wanita adalah penggembala di rumah suaminya dan dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya. Seorang pelayan adalah penggembala pada harta majikannya dan dia bertanggung jawab atas gembalaannya. Setiap kalian adalah penggembala dan setiap kalian bertanggung jawab atas gembalaannya" (Muttafaqun Alayh)

Melihat bagaimana sabda Rasulullah yang bisa kalian temukan lebih banyak dalam buku tersebut, penekanan terhadap kata tanggung jawab, sangatlah besar, bukan berat. Karena pada hakikatnya, mukmin sejati selalu teguh dan ikhlas dalam menjalankan semua kewajibannya kepada Allah.
Lalu, bagaimana dengan peran seorang perempuan? Apakah tanggung jawabnya dalam mendidik anak sangat besar pula?
This part is my favorite! Untuk para muslimah diluar sana, simaklah ini dengan sebaik-baiknya. 
Shalat merupakan tiangnya agama, dan wanita adalah tiangnya negara. Saat kita (para muslimah) berbekal sesuatu yang buruk, maka hancurlah negara itu. Sebaliknya, saat kita berbekal banyak kebaikan, inshaallah kita dapat membangun negara yang baik pula. Bukankah begitu?
Dalam buku ini disebutkan bahwa Islam adalah agama keluarga, dimana seorang mukmin selalu terlibat didalamnya, terutama ketetapannya dalam keluarga dan kewajibannya dalam berumah tangga. Namun diantara kewajiban-kewajibannya dalam berkeluarga, ada unsur penting yang membantu seorang mukmin dalam membangun rumah tangga, ia adalah istri yang shalehah.
Ukhti! Ini hal paling penting yang harus dicatat, di bold, di italic, di stabilo, dan di camkan dalam-dalam. Laki-laki diberikan hak untuk mencari tahu seberapa jauh dan seberapa luas wawasan dari seorang istri. Sebab wawasan ini lah yang nantinya akan membantu sang istri dalam mengurus rumah tangga dan mendidik putra-putrinya. 
Ibaratnya, rumah tangga adalah salah satu benteng dari aqidah Islam. Dimana benteng tersebut memerlukan pertahanan yang kuat luar dan dalamnya, agar tak mudah bagi pasukan musuh untuk menerobos dan menghancurkan benteng. Maka dari itu, dalam sebuah keluarga, sang mukmin harus mampu menempatkan keluarganya dalam posisi masing-masing dengan siap siaga. Hal lainnya, tentulah harus ada muslimah shalehah yang mampu membantu sang mukmin menjaga benteng tersebut. Inilah nilai historis yang senantiasa akan menjadi amalan yang hebat apabila saat istri menjadi ibu yang mampu membangun generasi yang kuat sebagai benih dari masyarakat tersebut. Sehingga, dianjurkan kepada seorang mukmin untuk memilih sebaik-baiknya wanita karena agamanya, keshalehannya, ketaqwaannya, dan tobatnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Wanita dipersilahkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan apa saja dengan tata cara yang sesuai dengan kemampuannya sebagai seorang wanita. Di antara kata-kata mutiara mengenai hal ini adalah: "Sesungguhnya sepasang suami-istri persis seperti satu bait syair. Tidaklah baik sebuah syair apabila baris pertama indah sementara baris keduanya buruk". Jadi, diantara suami-istri, haruslah sama-sama baik, sama-sama menguatkan, agar menjadi kesatuan yang baik pula.
 Rasulullah SAW pun bersabda bahwa sebaik-baiknya wanita yang menunggang unta adalah wanita Quraisy yang shalehah, paling sayang kepada anak di waktu kecil dan paling taat kepada suami. Itu disebabkan karena wanita Quraisy dipandang memiliki sifat-sifat yang baik, sehingga Rasulullah sangat memuji kaum wanita ini.
Buku ini memaparkan juga tentang betapa mulianya seorang wanita saat ia mampu mendidik anak-anaknya dan berbakti kepada suaminya. Inilah hal-hal yang paling utama yang nantinya akan mengangkat derajatnya ke tingkat tertinggi di mata Allah SWT. Aktifitas mulia ini yang memiliki pahala yang sama dengan berperang di jalan Allah ataupun shalat Jum'at di masjid-masjid.
Last, but not least, this part of the book menunjukkan bagaimana pentingnya seorang wanita untuk menjadi sebaik-baiknya wanita. Mendapatkan pahala yang setara meski tak harus ikut terjun ke medan perang, shalat jumat di mesjid, mengantarkan jenazah, dll. Inshaallah, buku ini dapat memberikan inspirasi dan pegangan untuk semua yang memang ingin lebih paham tentang prophetic parenting.
That's all, tunggu kelanjutannya yaa ! :D





Share:

18 January 2017

TRY



Was sooo last-years-album (2013), but this song currently often played again in my playlist.
But if you have downloaded their new album (Taking one for the team), soft-romance song like 'Perfectly perfect' is so perfect to listen when you're blogging something! 


I've never been the best at honesty,
I've made more mistakes than I can even count,
But things are gonna be so different now,
You make me wanna turn it all around.

I think of all the games that I have played,
The unsuspecting people that I've hurt,
Deep inside I know I don't deserve,
Another chance to finally make it work.

But I'll try, to never disappoint you,
I'll try, until I get it right,
I've always been so reckless, all of my life,
But I'll try,
For you.

I've been the best at letting people down,
I've never been the kind of person you could trust,
But if you can give me half a chance I'll show,
How much I can fix myself for you.

And I'll try, to never disappoint you,
I'll try, until I get it right, (til I get it right)
I've always been so reckless, all of my life,
But I'll try...

This time I won't make up excuses (Cause I don't wanna lose you),
Don't give up on me and I'll prove that,
I can do this!

I'll try, to never disappoint you,
I'll try, until I get it right (till I get it right),
I've always been so reckless, all of my life,
But I'll try,
For you.

(Never been the best at honesty, you know that you could never count on me)
I'll try for you!
(But if you give me half a chance I'll show, there is nothing that I wouldn't do for you!)
I'll try for you!

I've always been so reckless, all of my life,
But I'll try,
For you.
Share:

Perspektif diatas persepsi

Malam menjelang subuh. 
Gak niat juga sih jadi anak nocturnal tapi mau gimana kalau belum bisa merem.
Jadi dari pada bolak-balik scroll instagram, facebook, twitter, dan media sosial lainnya yang bikin pusing kelamaan, saya pilih kembali lagi jadi penulis amatiran isi curcolan. Hehe

Well, another year passed! kali ini 2017 bakalan balik menggerayangi kayak taun-taun sebelumnya untuk keep productive. Yaahh, meski sebenernya banyak banget resolusi yang udah saya catat di book-planner, tapi ujung-ujungnya intinya cuma satu resolusi "NOT TO BE A LAZY PERSON"
Ini super duper plan yang simpel tapi kadang paling sulit *hfffttt. Setelah melewati satu tahun yang penuh kemalasan kemarin, tahun ini saya seenggaknya mau regularly menuhin blog pakai curcolan ala-ala aja. Semoga meskipun ala-ala, ada aja yaaa yang bergunanya. Amin.

Malam ini, saya mau sedikit merenung karena habis kedatangan pasien curhat yang kalau udah cerita kadang susaaaahhhh buat berhenti. Bukan karena rewel, but she's too deep. Dia tipikal melancholy person sih. Terpusat sama diri sendiri, dan yah a bit temperamen. I'm not saying if being self-centralized and temperament are not good. She just a close-friend who apart in space and time, jadi suatu hal yang lumrah saat ketemu bakalan kedapetan banyak cerita menarik bukan?

Memang bukan anak psikolog, but often get to hear someone's story buat saya cari tahu sedikit hal yang berkaitan sama kepribadian orang. In case to give a proper response untuk orang-orang yang tentunya punya karakter berbeda kan?. Nah, temen saya ini emang cenderung termasuk orang yang melancholy. Kadang tipe ini dianggap aneh sama beberapa orang. Tapi sebenernya, kelebihan dari orang-orang tipe ini undoubtedly cool sekali!. Temen saya satu ini emang very talented and brilliant. Sama kaya kebanyakan orang-orang tipe melancholy. Perfeksionis, dan yahh most of time punya persepsi yang idealis banget. Gak kenal deh sama yang namanya capek atau males. Beda berarti ya sama yang nulis? hihii
Tapi, mungkin karena itu jadi kadang kurang punya waktu buat having fun sama orang-orang sekitarnya. She's too focus on her self, sampai akhirnya kalau ada urusan yang gagal, murungnya kebangetan. Taraaaa, kebetulan banget dong ya ketemu saya? lagi bete-bete tipe melancholy bagusnya emang ga dipendam tapi cari orang yang mau nampung cerita, meski seringnya mereka lebih suka mendem yang ujung-ujungnya jadi temperamen dan gerutu-gerutu sendiri.

Intinya, dia curcol kalau kursi itu sandarannya bengkok dan gak enak buat didudukin. (Tentu aja ini analogi ya, it's not the real story). Dia uring-uringan sama satu masalah, itu aja dan lamaaaaa. haha.
Disini ada hal yang jadinya saya pikirin. Dia bilang sandaran kursi itu bengkok, jadi udah gak enak didudukin. Ini semacam teori basic of logic, jika P maka Q (P -> Q), dimana rantai sebab-akibat selalu real, dan exact. Halaaahh ngomong apa sih, gak penting.
Jadi, kursi yang sandarannya bengkok itu udah jadi perspektifnya dia yang paling ideal. Gak bisa diganggu gugat. Padahal, yang namanya perspektif boleh jadi beda-beda bukan?. Saat satu kasus datang, polisi dan para detektif juga gak langsung underline "jika P maka Q". Mereka pastinya bakalan putar otak jumpalitan dan investigasi secara terperinci, melihat kasus dari sudut pandang yang berbeda.
Bukankah sama dengan kursi? Perspektif atau sudut pandang dia yang bilang kalau sandaran kursi itu bengkok mungkin hanya muncul dan diperkuat dari apa yang terlihat dan diyakini oleh dirinya saja. Tanpa coba mempertimbangkan bentuk kursi itu dari sudut pandang yang berbeda.
Dan dari perspektif yang dia perkuat ini, kemungkinan besar pemikiran-pemikiran atau persepsi itu diciptakan.

Makanya, persepsi baik akan terbentuk dari perspektif yang baik pula. Sedangkan semakin jelek kita memandang atau menilai suatu hal, maka pemikiran yang mampu dihasilkan dari penilaian tersebut akan jadi jelek. Ini mungkin yang sering orang bilang sebagai korelasi antara perspektif dan persepsi seseorang. Saat seseorang memiliki perspektif yang mendominasi buruk, tentu saja akhirnya akan menghasilkan persepsi yang buruk pula. Tipe melancholy sebenernya harus lebih open minded. Dibandingkan dengan merutuki masalah secara berkelanjutan dengan perspektif perspektif yang terbilang cenderung sempit, tipe ini harus terbiasa untuk mempertimbangkan masalah tersebut dari berbagai sudut pandang, sehingga memungkinkan untuk mendatangkan persepsi positif terhadap masalah tersebut. This is what will ultimately dampen vindictive and moody nature of her.

okay, time to sleep. Mata udah keleyeng-keleyeng gak fokus sepertinya. See ya di cerita tipe sanguinis/phlegmetis/koleris ya! (senemunya yang curhat)
  


  
Share:

1 January 2017

Simply Being You

Hi 2017.
This is my first post on the first day of New 365 days. 
Speaking of new day, means talking about new things. What will you do on new year? What kind of changes you want to make in your new day? 
Hahhh.. My friends celebrate the event by their own manner out there. Some of them are going out with friends, some of them are having fun with their lover, some of them choose to spend the time by working, or some of them are driving somewhere for picnic with family. That's pretty cool, isn't it?

'This year will be my big year!' Lots of people will underline this words in their personal thought. Then good motivations, high spirits, and positive vibes will put them straight with their goals. Their new 365 days in the end will running perfectly as they wish. These are also sounds great, isn't it?  

Okay, let keep it aside.
Today, I will dedicate my first blogging of the year for you. Yes, you are out there.
For you who don't know what to do to start your new day, don't hesitate to ask Allah to find the way.
For you who might confuse and feeling down, don't be shy to kneel down and talk to Allah.
When you can't be like others, don't force yourself to become one. When you feel like you left behind, don't try to run and get depressed. Just speak to Allah. 
However, life is not that simple, and it won't be easy and perfect as we imagine. But we have Allah who always there and listen to our anxious feeling.
Allah creates happiness along with the grief, And creates easiness along with the hardship. Allah creates imperfection to be something special. And you know, Marilyn Monroe also ever said Imperfection is beauty, madness is genius, and absolutely ridiculous is better than being absolutely boring. So, it doesn't matter to be imperfect. Because in reality, everything you do will bring in two answers, compliment and rejection.

Some people may judge you as a sinner, and some people judge you as the righteous man. Just let them be. because the only one who really knows yourself is you. Then the only secret that everyone doesn't know about you is the relation between you and Allah. Hence, when you face the condition that makes you feel like you're dying, Allah is the answer. Try to get closer and makes Allah close to you. Then you won't be worry to go through your life even the hardest one. 

Hey you.
Don't try to be someone else even if it's kill you. Living in the world that's constantly trying to make you something else is hard. Yet, when you can be yourself and trying the best in that circumstances, that is a great accomplishment.
Hey you.
No matter how much pain you've ever gained, no matter how mean the world to you, and no matter people say about you. 
Don't ever feel small. You've been there at the best version of yourself.
Hey you.
Imperfection is so special, therefore.. just simply being you :)





Share:

30 December 2016

365 nights

Time flies.
That is what most people say these days. A year passed. Dated back to the day when I escaped as far as possible from the place where I belong, home. Tried to run away and forgot lots of memories with such an emotional and sentiment outbursts of a confused girl in her early twenties who pathetically fell in love at a wrong time. It would be so nostalgic when I remember it tonight, but many things were changing since then, and that's not the case.

Hffftt, Everyone is surely excited to welcoming new year. Perhaps, so am I. New year feels like coming faster than it supposed to be. I even don't realize how fast things changed. From an ordinary student, to be a graduated student. From a person who-rely-so-much-on-parents, to be a must-self-reliant-person. It seems like drastically happened. I moved, being oppressed most of the time, and sometimes were hardly to cope with an adulthood life. However, everything must be endured no matter how challenging it is. 

What I got from my life lately are bunch of lessons. Not a lesson that needs tuition like schools, but a lesson that I received for free from anything around me. First, fight yourself and minimize errors. Because if you made a mistake, you pay the price and you lose the chance. Second, think more globally when sometimes my mind still thinking locally. Third, don't ever give up and lose hope. Because once you give up, it will be a shame when you see everyone is struggling while you are not.

I've cried a lot, and stress had been into my daily meals. Everyday was paralyzing me, suffocating me until sometimes I felt that all the things I did were useless. No one care, and no one understand, that was what I thought. Yet, in the same time I realized, that was the process of mine. 

Therefore, my old 365 nights will change into new one. Everyone is bringing a new hope and expectations. So do I, but this time I'll face it more positively, wiser (i hope), and SMILE definitely!

Happy new year everyone! 

Share:

23 December 2016

Bulan Desember dan Ibu


Senar yang dia petik terdengar kasar. Gerak jari tangan kirinya pun terlihat kaku menekan fret gitar itu. Bibirnya sudah tak sinkron dengan posisi microphon, dan nyanyiannya? hanya sebatas kata-kata yang keluar, tak lagi menyentuh kalbu. Tatapannya kali ini sangat gusar, seperti tak nyaman lagi melantunkan lagu, tak menyatu lagi dengan nada. Ada apa?

Aku mungkin hanya penonton, satu dari jutaan insan yang hanya mampu merindu dari kejauhan, menjaga secara sembunyi, dan memanjatkan pengharapan yang terbaik dalam sepi.
Akulah yang menangis saat dia sakit, akulah yang terluka saat dia sedih, dan akulah yang risau saat dia tak ada.
Aku yang bahagia saat dia tersenyum, aku yang berseri-seri saat melihatnya berjuang, dan aku yang bangga saat dia berhasil.
Namun aku juga yang ingin merengkuhnya saat dia jatuh, aku yang ingin membelainya saat dia gagal, dan aku yang ingin menyayanginya saat dunia mungkin menjauhinya.
Maka dari itu, katakan padaku ada apa, nak?
***
Desember telah menyapa sejak 20 hari yang lalu. Anginnya tak pernah berhenti berhembus, bahkan hujan tak jarang ikut datang menemaninya. Malam ini aku belum terlelap, padahal jarum jam telah bergerak menuju angka satu. Aku hanya berbaring di atas ranjang tua yang tak kunjung jadi kasur empuk. Bunyi 'krek-krek besi ranjang tua ini ternyata sudah hampir 23 tahun mengusik setiap tidurku. Namun kenyataannya yang tak pernah menggangguku, malah membuatku berfikir semalaman. Apakah ini rasa nyaman? atau hanya perasaan yang hadir karena terbiasa?.
Lama aku termenung, namun tak kunjung kutemukan jawabannya hingga akhirnya aku terlelap juga.
Esoknya, seperti biasa aku pergi meninggalkan rumah dengan menenteng tas gitarku. Menyapa kawan satu band dan bermusik seharian telah menjadi makanan sehari-hari ku. Bersama mereka aku merasa menjadi seseorang yang produktif, walau sebenarnya bukan dengan jalan ini aku ingin membanggakan diriku.

Malamnya, kami dapat job yang lumayan. Manggung di tengah kota yang ramai akan selalu jadi pengalaman hebat untuk kami. Aku mulai check sound setelah pasti menyapu pandangan untuk mengenali venue, luas tempat, jarak penonton, atau untuk sekedar memperhatikan titik-titik listrik, posisi snake cable, monitor, tiang-tiang, dan lainnya. Jaga-jaga karena setiap personil membutuhkan space yang berbeda, begitu juga denganku. Penampilan kami akan dimulai sesaat lagi, sambil menunggu yang lain memastikan instrumen masing-masing telah sempurna, aku mengedarkan pandangan ke arah penonton yang mulai berdatangan. Dari mulai anak-anak, remaja, bapak-bapak, ibu-ibu, dan beberapa gerombolan orang yang sepertinya baru pulang kantor atau apalah.  Hmm.. membuat iri sejenak. Menapaki jenjang pendidikan yang tinggi sudah menjadi hal yang tak mungkin rasanya, apalagi bekerja kantoran seperti orang-orang itu. Padahal mungkin, itu adalah hal yang paling kuinginkan.
"Haida, ayok mulai!" Aku tersontak kaget mendengar seruan basist band kami, namun segera mengontrol diri. Rupanya semua sudah siap dan panitia hendak memberi aba-aba untuk memulai pertunjukkan. Selang beberapa menit, aku sudah memainkan tanganku diatas senar-senar gitar, dan lagu Truly, Madly, Deeply by Savages Garden mulai kulantunkan. 

Pandanganku tak pernah berhenti menyapu penonton. Satu dua dan banyak orang yang ikut bernyanyi dengan suara lantang. "ohh ~ truly madly deeply do" . Aku ikut tersenyum melihat banyak orang terhibur karna penampilan kami. Termasuk dia, sosok yang tiba-tiba kudapati diantara kerumunan penonton sedang tersenyum kearahku. Aku sempat terperangah, tak percaya sesaat, namun kupaksakan lagi untuk bernyanyi. 'Kenapa juga dia disini?' pikirku dalam hati. 
Satu lagu telah kami mainkan, dan lagu kedua yang akan kami bawakan juga masih lagu dari Savages Garden yang berjudul I knew I loved you. Kali ini Karin, basist band kami yang ambil alih mic untuk cuap-cuap. "Gimanaaa semuaaa?? Are you ready for another song???? Tanya Karin yang diikuti riuh ramai dan sorak excited dari penonton. ' Well, lagu kedua yang akan kita bawakan masih lagu dari penyanyi yang sama, namun pastinya beda judul dong yaa. Untuk lagu kedua ini, akan kami persembahkan untuk semua penonton yang ada disini umumnya, dan spesialnyaaaa juga untuk memperingati hari bahagia, selamat hari Ibu untuk semua wanita-wanita hebat yang ada disini!!! Ini dia, I knew I loved you, selamat menikmati. Let's go, Haida!!" Seru Karin menggebu-gebu yang ditemani derai tepuk tangan penonton. Tek-tek, jreng!

"Maybe it's intuition~ But some things you just don't question
Like in your eyes~ I see my future in an instant and there it goes 
I think I found my best friend
I know that it might sound more than a little crazy but i believe~"

Hari Ibu katanya?? Aku bahkan baru sadar kalau lagu ini sengaja dibawakan untuk memperingati hari Ibu. Pantas saja, tak sedikit remaja yang datang sembari menggandeng Ibunya masing-masing. Kenapa aku baru sadar sih, kalau acara ini juga diadakan untuk menyambut hari Ibu!! 
Jrengg!! Hah! Aku salah kunci!. Keringat dingin mulai menetes di pelipisku, aku kehilangan fokus. Sampai mana aku bernyanyi? Oya, bagian refrein. Namun sekuat-kuatnya aku berusaha menyembunyikan kegugupanku dan kembali fokus, ternyata sulit. Pikiranku berloncatan kesana-kemari. Hari Ibu? Hari bahagia untuk Ibu? Ibu yang mana? Ibu yang senantiasa aku kecewakan? Ibu yang senantiasa aku abaikan karena keegoisanku? Ibu yang secara tak langsung aku benci hanya karena tak bisa membuatku seperti anak-anak lain? Ibu yang selama ini jarang aku banggakan? Dan ibu yang seharusnya selama ini aku sayangi dan hormati?.
Tanganku gemetar, tak sanggup lagi menekan fret-fret gitar, suaraku mulai parau, dan mataku kini mengabur. Karin dan yang lainnya sampai kebingungan melihatku, begitu juga dengan penonton yang kecewa. Air mataku tiba-tiba jatuh tak terbendung, aku meremas mic yang ada dihadapanku kuat-kuat. Ini sungguh tak adil, dan aku yang selama ini bertindak tak adil. Bukan salah Ibu kalau ibu tak mampu menyekolahkanku setinggi teman-temanku. Karena itu mungkin belum rezekiku. Bukan salah Ibu..

Aku tersedu, membuat semua orang kebingungan. Namun akhirnya aku memberanikan diri untuk bicara. " Maaf semuanyaa.. Karena berhenti di tengah nyanyian. Mendengar bahwa acara ini dibuat untuk menyambut har ibu, aku sedikit kaget dan sedih. Melihat banyak diantara kalian yang sengaja datang kesini dengan Ibu masing-masing, aku semakin sedih.. Karena tak mampu melakukan hal yang sama. Maka dari itu, untuk seseorang yang ada disana, yang mungkin sedang melihatku saat ini, maafkan aku.. Maafkan anakmu, bu.. Atas semua keegoisan dan kelalaianku sebagai anak. Maafkan aku, bu.. Karena sering menyakiti hari ibu, melupakan nasihat ibu, dan membuatmu terus-terusan khawatir. Juga terimakasih bu, atas semuanya. Terimakasih bu, karena hari ini aku tahu Ibu sangat peduli padaku, ibu selalu mendukungku, memperhatikanku, dan menyayangiku. Ibuuu, selamat hari Ibu, dan ini lagu untuk Ibu.." Aku tersenyum dan cepat menghapus sisa-sia air mataku. Meski dengan suara yang masih serak, lagu kembali kulantunkan. Dan kali ini, lagu Itu berhasil kami nyanyikan sampai habis. 

"I knew I loved you before I met you, I think I dreamed you into life
I knew I lovved you before I met you, I have been waiting all my life~~"

Kami mendapatkan tepuk tangan yang meriah dan sorakan penonton yang meminta kami untuk membawakan lagu lainnya. Namun apa boleh buat, kontrak kami hanya membawakan dua buah lagu. Malam itu sepertinya aku lega sekali. Aku ingin memeluk Ibu.
***
Sesampainya dirumah, aku mendapati Ibu dikamarku. Aku meletakkan gitarku sembarang, dan menghampiri Ibu. Ibu menepuk-nepuk tepi kasur menyuruhku duduk. Aku duduk disamping ibu, dan entah datang dari mana keberanianku, aku tak lagi malu-malu. Aku memeluk Ibu erat, dan air mataku kembali merebak. Ibu mencium kepalaku dan mengelus-elus rambutku tanpa banyak bicara. 

Subuhnya aku terbangun dengan perasaan yang sangat ringan. Sepertinya tadi malam aku tertidur sangat nyenyak. Kali ini aku tersenyum, aku mengerti sekarang. Kenapa aku bisa selalu tidur dengan nyaman di ranjang tua ini. 
- The End -
Share: