Ini merupakan hari yang entah keberapa semenjak saya
memutuskan untuk pergi ke negara Matador. Bersama ke enam teman dari satu
Universitas di Yogyakarta yang sekarang menjadi keluarga. Rasanya, ada
kebanggaan tersendiri bisa menginjakkan kaki di tanah Eropa. Namun juga kadang
terfikir apa ini tak terlalu cepat? Sepertinya baru kemarin hanya mampu
menikmati keindahan Eropa melalui posting-an orang-orang di Instagram, atau baru
kemarin juga membayangkan Eropa lewat sebuah novel karya mbak Hanum Salsabiela
Rais, 99 cahaya di langit Eropa yang tentunya bikin saya mupeng (muka pengen)
berat. Tapi, sekarang saya benar-benar disini! Tinggal di salah satu kota kecil
di Spanyol, Castellon de la Plana, dan studi di Universitat Jaume I. Hmm,
memang bukan seperti Madrid, Barcelona, Valencia, Granada, Sevilla, atau
Cordoba yang menjadi kota-kota incaran untuk didatangi dan tak asing didengar
orang. Namun, kisah saya justru berawal dari sini, di kota yang tergolong sepi
bak tak berpenghuni saat ‘weekend’,
dan tak ramai juga saat hari-hari biasa. Hahaha
Hari itu kalau tidak salah bertepatan pada tanggal
10 Oktober saat saya dan salah satu teman dari Indonesia (Intro: Hani)
menyetujui untuk ikut jalan-jalan bersama dua jagoan asli Spanyol (Intro: Ivan
dan David) ke salah satu provinsi di komunitas Aragon, Teruel. Ini kali
pertamanya saya harus benar-benar mandi pagi buta di hari libur! Namun rela kan
yaa mandi demi jalan-jalan seharian. Sebelumnya, tak ada bayangan sama sekali
seperti apa Teruel, karena saya pun malas untuk sekedar googling tentang Teruel saat itu. Yang saya tahu, saya akan
mengunjungi tempat baru yang bahkan belum pernah saya dengar namanya. So, it will be interesting!
Pagi itu sekitar pukul 8 lebih, setelah bensin mobil terasa cukup terisi, akhirnya kami meluncur menebas jalanan yang lengang. Ivan
mengambil alih kemudi untuk perjalanan kurang lebih 2 jam dari Castellon menuju
Teruel. Perjalanan berlangsung sangat menyenangkan karena tentunya diselingi
obrolan yang asik, meskipun terkadang menjadi sangat membingungkan saat David
yang kurang fasih berbahasa Inggris nyerocos hebat dalam bahasa lahirnya yang
bikin saya yang bahasa Spanyolnya masih di tingkat A1 blank maksimal. Jadi mau tidak mau membuat Ivan harus bolak-balik translate percakapan kami dengan David. Karena
hari masih pagi, kami mampir di kota Sagorbe untuk ngopi cantik (meski
sebenarnya bukan kopi yang dibeli, karena saya dan Hani lebih memilih memesan
susu dan Ivan serta David memesan Cola) ditengah-tengah suhu yang masih terasa
dingin. Selepas ngopi dan mengabadikan kenangan dengan beberapa foto, kami pun
kembali melanjutkan perjalanan yang tinggal setengah nya lagi untuk ditempuh.
Saat itu sedang musim pancaroba (kalau versi Indonesia) dimana musim disini
mulai berganti menuju musim gugur. Kalau lihat dari film-film, saya paling suka
musim ini. Musim yang punya warna-warna pastel. Maka dari itu, sepanjang
perjalanan mata ini tak lepas memandang keindahan rentetan pohon yang menguning
dan mulai berguguran sampai saya tertidur.
Tepukan tangan Hani membangunkan saya dari alam
bawah sadar, dan yang saya tahu saat itu kami sudah berada di Teruel! Namun
mobil Ivan masih berputar-putar entah mau kemana. Ivan bilang, kami akan mampir
sekali lagi untuk sarapan sebelum perjalanan jauh berkeliling Teruel. Akhirnya
kami berhenti sejenak di sebuah mercado untuk sekedar membeli napolitana,
croissant, dan minuman. Namun keluar dari mercado, David kegirangan melihat McD
dan kemudian membuat kami berakhir memesan beberapa junk food disana. Tak lama setelah itu kami kembali berputar-putar
mencari tempat parkir. Karena ternyata, banyaknya pengunjung yang datang ke
Teruel membuat kami kesulitan mencari tempat parkir. Namun jika kamu lucky, meskipun lumayan jauh dari
tempat-tempat yang akan dikunjungi, itu lebih baik. Seperti halnya kami yang
harus berjalan agak jauh (versi Indonesia) menuju keramaian Teruel dan melihat
sisi lain Spanyol.
Saat mulai berjalan, hal pertama yang berkesan dari
Teruel adalah Teruel itu sendiri. Hmm, bagaimana menjelaskannya yaa.. Kota ini spesial!
Kami tak henti berdecak kagum (itu pun berlaku pada Ivan dan David) dan tak
henti pula mulai berpose dan menjepret kesana dan kemari. Provinsi ini dikenal
dengan seni Mudejar atau merupakan seni arsitektur yang terpengaruhi dari gaya
Gothic, Renaissance, bahkan gaya Islamic. Hal ini bisa dilihat dari beberapa
bangunan seperti Cathedral dan Iglesia atau gereja-nya. Paduan antara brick dan ceramic mendominasi bangunan-bangunan tersebut yang bahkan
membuatnya semakin elegan. Sebenarnya, bangunan yang terbuat dari batu bata
atau bricks itu menandakan bangunan
itu dibuat saat keuangan negara atau kerajaan dahulu sedang surut. Hahaha.
Karena bricks saat itu menjadi bahan
pengganti stone yang pada zaman Gothic dan Renaissance menjadi salah satu material utama pembuatan Katedral,
apalagi untuk masalah dekorasi, ornamen, entablatures
dari column-nya, detail-detail
didalamnya, dan lainnya. Namun seiring berjalannya waktu para artists pun mulai menggunakan brick dan mengembangkannya. (Lho? Mbaknya
kok tau?) Bukan, bukan dari google kok. Sebagai mahasiswa yang murtad jurusan
dari Hubungan Internasional menjadi mahasiswa Seni dan Turisme di Universitat
Jaume I, mempelajari tata seni bangunan dan sejarah dari zaman Gothic hingga Barroque merupakan dasar, ciyeeeee *kibasponi. Kembali ke Teruel!
Dalam perjalanan menuju katedral, kami melewati
jembatan yang dari sana terlihat rumah-rumah penduduk yang menurut saya unik
dan Spanyol sekali. Jembatan itu mempunyai banyak lengkungan yang disebut ‘The Arch of Teruel’ dan itu sangat
sangat keren untuk diabadikan!. Setelah itu, kami sampai di katedral Teruel
yang diberi nama La Catedral de Santa
Maria de Mediavilla de Teruel. Seperti yang saya katakan sebelumnya,
katedral ini terlihat elegan. Selain itu dia memiliki bell tower yang menjulang diantara bangunan lainnya yang lebih
rendah. Setelah itu kami singgah di central Teruel yang dinamakan La Plaza del Torico, atau orang-orang
menyebutnya ‘The Heart of Teruel’
dimana banyak sekali orang-orang berkumpul disini, untuk sekedar berfoto di
depan monumen toro/banteng, untuk makan (karena banyak sekali tempat makan di plaza del torico ini, atau untuk
menikmati suasana disana yang katanya tempat ini juga merupakan tempat
pertunjukkan banteng di bulan-bulan tertentu. Selain itu Plaza del Torico akan terlihat lebih indah dimalam hari, karena disana
terpasang LED lighting system (entah
seperti apa sistemnya) yang mana akan memancarkan cahaya-cahaya horizontal dan vertical yang juga berubah-ubah warnanya pada lantai Plaza del Torico tersebut.
Selain mengunjungi Catedral de Santa Maria dan Plaza del Torico, kami juga mengunjungi tempat bersejarah yang paling romantis di Teruel yang membuatnya dikenal sebagai ‘The City of Love’-nya Spanyol, yaitu Los Amantes de Teruel (The Lovers of Teruel). Ditempat ini, kalian akan menyaksikan sejarah tragedi cinta sepasang sahabat pada abad ke 13. Konon, dahulu kala ada dua orang sahabat sejak kecil, Diego dan Isabel yang terlahir dari dua kerajaan terkaya berharap untuk menikah. Namun kenyataannya mereka tidak dapat menikah karena Diego merupakan anak kedua yang tentunya tidak dapat mewarisi tahta kerajaan, sedangkan Isabel merupakan anak tunggal. Setelah melalui berbagai negosiasi dengan Ayah Isabel, pada akhirnya Ayah Isabel memberikan Diego waktu selama 5 tahun untuk keluar dari Teruel dan membangun kerajaannya sendiri. Isabel senantiasa menunggu dan terus menolak permintaan ayahnya untuk menikah dengan pewaris-pewaris kerajaan lain yang datang kepadanya. Namun, setelah lima tahun berlalu, Diego tak kunjung datang. Sehingga Isabel pada akhirnya menuruti permintaan ayahnya untuk menikah dengan yang lain. Beberapa tahun kemudian, Diego mendatangi Isabel dan menampakkan dirinya di hadapan Isabel. Diego bahkan meminta sebuah kecupan terakhir dari Isabel. Isabel terkejut dan langsung menolak permintaan Diego karena Isabel menyadari dia sudah menikah dengan yang orang lain. Namun beberapa saat kemudian Diego terjatuh dan bersimpuh kaku, mati dihadapan Isabel. Saat pemakaman Diego, Isabel tak henti bersedih dan menyesali yang terjadi. Ia berlutut dihadapan kuburan Diego dan mengecupnya lama. Orang-orang menatap aneh Isabel yang tak kunjung bangun. Namun saat tersadar, ternyata Isabel pun sudah tak sadarkan diri. Kabarnya, Diego dan Isabel dikuburkan secara berdampingan.
Tuh kan, yang namanya jodoh gak akan kemana, meski mungkin dipersatukan di dunia lain. Entah benar atau tidak, namun saya rasa itu mungkin memang terjadi karena ditempat ini kalian akan melihat gambar relief dari tragedi Diego dan Isabel. Selanjutnya, bagi orang yang menyukai dinosaurus wajib mendatangi Teruel, karena wilayah Aragon (termasuk Teruel) merupakan wilayah yang paling banyak ditemukan fosil-fosil dinosaurus yang sekarang diabadikan di musium Dinopolis. Jugaaa, selain mengunjungi tempat-tempat menarik di Teruel, kami tak lupa mencicipi makanan khas asli Teruel. Teruel dikenal dengan penghasil Jamon (daging babi) terenak di Spanyol, atau menurut Ivan dan David merupakan paling enak di Eropa. Namun dikarenakan saya tidak makan Jamon, saya dan Hani mencicipi makanan lain yang sebenarnya normal saja seperti ditempat lain, tapi ada pula makanan enak disana seperti Rabo de Toro yang kami cicipi dan itu sangat enak!. Setelah makan dan kenyang, kami mendatangi tempat berbagai permainan yang gratis untuk para remaja seperti foosball, video game, basket, dan lainnya. Setelah puas, kami memutuskan untuk pulang. Walau kaki lelah berjalan, memori kamera penuh, namun itu menjadi salah satu moment menarik yang tentunya tak akan terlupakan. Satu hari dan mungkin sekali seumur hidup, mengunjungi Teruel dan langsung jatuh cinta!
0 comments:
Post a Comment