Hari demi hari selalu bergulir tanpa harus aku pinta
Waktu pun terbiasa berjalan tanpa bisa ku perlambat.
Aku ternyata mengalami sebuah siklus.
Siklus yang dimana saat kecil, mama-papa tak ajarkan.
Siklus yang dimana nantinya, aku sendiri yang belajar.
Belajar memahami suatu keadaan yang tak sempat aku cegah.
Dari dulu, aku selalu diizinkan untuk mendapatkan cinta, memberi cinta, dan bahkan saling mencinta.
Entah dari orang tua, saudara, guru, teman, tetangga, kerabat kecil, atau yang lainnya.
Namun dulu, aku belum mengerti bagaimana siklus sebuah pertemuan berjalan.
Bahwasannya, semakin diri ini mencinta, harus semakin besar pula hati ini mengikhlaskan.
Sehingga berkali-kali aku memberi kasih, selalu kembali diterpa perihnya kehilangan.
Ironi memang, karna tak siap melepas kasih.
Namun pada akhirnya, waktu selalu saja mengajarkan hal baik.
Kini, aku lelah mengelak banyak keadaan pahit.
Seberapa sering hal-hal yang tak menyenangkan datang, kan ku berikan senyuman ikhlas.
Karena kini, aku juga mencintai yang sewaktu-waktu pergi.
Akan terus menyayangi yang sewaktu-waktu diambil.
Kini aku belajar bagaimana cara melepaskan.
Aku belajar bagaimana menyikapi kepergian.
Dan aku belajar bagaimana hari-hari terasa lebih lapang.
Selalu siap dengan kehilangan.
Selalu siap dengan kepergian.
Sebab aku, sejatinya tak pernah memiliki apa-apa.
Allah hanya menitipkanmu,
untuk aku cintai.
*inspired by Hujan-Matahari
0 comments:
Post a Comment