18 January 2017

Perspektif diatas persepsi

Malam menjelang subuh. 
Gak niat juga sih jadi anak nocturnal tapi mau gimana kalau belum bisa merem.
Jadi dari pada bolak-balik scroll instagram, facebook, twitter, dan media sosial lainnya yang bikin pusing kelamaan, saya pilih kembali lagi jadi penulis amatiran isi curcolan. Hehe

Well, another year passed! kali ini 2017 bakalan balik menggerayangi kayak taun-taun sebelumnya untuk keep productive. Yaahh, meski sebenernya banyak banget resolusi yang udah saya catat di book-planner, tapi ujung-ujungnya intinya cuma satu resolusi "NOT TO BE A LAZY PERSON"
Ini super duper plan yang simpel tapi kadang paling sulit *hfffttt. Setelah melewati satu tahun yang penuh kemalasan kemarin, tahun ini saya seenggaknya mau regularly menuhin blog pakai curcolan ala-ala aja. Semoga meskipun ala-ala, ada aja yaaa yang bergunanya. Amin.

Malam ini, saya mau sedikit merenung karena habis kedatangan pasien curhat yang kalau udah cerita kadang susaaaahhhh buat berhenti. Bukan karena rewel, but she's too deep. Dia tipikal melancholy person sih. Terpusat sama diri sendiri, dan yah a bit temperamen. I'm not saying if being self-centralized and temperament are not good. She just a close-friend who apart in space and time, jadi suatu hal yang lumrah saat ketemu bakalan kedapetan banyak cerita menarik bukan?

Memang bukan anak psikolog, but often get to hear someone's story buat saya cari tahu sedikit hal yang berkaitan sama kepribadian orang. In case to give a proper response untuk orang-orang yang tentunya punya karakter berbeda kan?. Nah, temen saya ini emang cenderung termasuk orang yang melancholy. Kadang tipe ini dianggap aneh sama beberapa orang. Tapi sebenernya, kelebihan dari orang-orang tipe ini undoubtedly cool sekali!. Temen saya satu ini emang very talented and brilliant. Sama kaya kebanyakan orang-orang tipe melancholy. Perfeksionis, dan yahh most of time punya persepsi yang idealis banget. Gak kenal deh sama yang namanya capek atau males. Beda berarti ya sama yang nulis? hihii
Tapi, mungkin karena itu jadi kadang kurang punya waktu buat having fun sama orang-orang sekitarnya. She's too focus on her self, sampai akhirnya kalau ada urusan yang gagal, murungnya kebangetan. Taraaaa, kebetulan banget dong ya ketemu saya? lagi bete-bete tipe melancholy bagusnya emang ga dipendam tapi cari orang yang mau nampung cerita, meski seringnya mereka lebih suka mendem yang ujung-ujungnya jadi temperamen dan gerutu-gerutu sendiri.

Intinya, dia curcol kalau kursi itu sandarannya bengkok dan gak enak buat didudukin. (Tentu aja ini analogi ya, it's not the real story). Dia uring-uringan sama satu masalah, itu aja dan lamaaaaa. haha.
Disini ada hal yang jadinya saya pikirin. Dia bilang sandaran kursi itu bengkok, jadi udah gak enak didudukin. Ini semacam teori basic of logic, jika P maka Q (P -> Q), dimana rantai sebab-akibat selalu real, dan exact. Halaaahh ngomong apa sih, gak penting.
Jadi, kursi yang sandarannya bengkok itu udah jadi perspektifnya dia yang paling ideal. Gak bisa diganggu gugat. Padahal, yang namanya perspektif boleh jadi beda-beda bukan?. Saat satu kasus datang, polisi dan para detektif juga gak langsung underline "jika P maka Q". Mereka pastinya bakalan putar otak jumpalitan dan investigasi secara terperinci, melihat kasus dari sudut pandang yang berbeda.
Bukankah sama dengan kursi? Perspektif atau sudut pandang dia yang bilang kalau sandaran kursi itu bengkok mungkin hanya muncul dan diperkuat dari apa yang terlihat dan diyakini oleh dirinya saja. Tanpa coba mempertimbangkan bentuk kursi itu dari sudut pandang yang berbeda.
Dan dari perspektif yang dia perkuat ini, kemungkinan besar pemikiran-pemikiran atau persepsi itu diciptakan.

Makanya, persepsi baik akan terbentuk dari perspektif yang baik pula. Sedangkan semakin jelek kita memandang atau menilai suatu hal, maka pemikiran yang mampu dihasilkan dari penilaian tersebut akan jadi jelek. Ini mungkin yang sering orang bilang sebagai korelasi antara perspektif dan persepsi seseorang. Saat seseorang memiliki perspektif yang mendominasi buruk, tentu saja akhirnya akan menghasilkan persepsi yang buruk pula. Tipe melancholy sebenernya harus lebih open minded. Dibandingkan dengan merutuki masalah secara berkelanjutan dengan perspektif perspektif yang terbilang cenderung sempit, tipe ini harus terbiasa untuk mempertimbangkan masalah tersebut dari berbagai sudut pandang, sehingga memungkinkan untuk mendatangkan persepsi positif terhadap masalah tersebut. This is what will ultimately dampen vindictive and moody nature of her.

okay, time to sleep. Mata udah keleyeng-keleyeng gak fokus sepertinya. See ya di cerita tipe sanguinis/phlegmetis/koleris ya! (senemunya yang curhat)
  


  
Share:

0 comments:

Post a Comment